Melemahnya nilai tukar rupiah yang menyentuh rekor terendah sepanjang sejarah serta anjloknya IHSG pada awal April 2025 menjadi alarm bagi pelaku usaha di berbagai sektor.
Kondisi ini mempertegas bahwa tantangan ekonomi global dan domestik masih akan terus berlanjut, dan bisnis dituntut untuk lebih adaptif, efisien, serta cermat dalam mengambil keputusan.
Sementara pemerintah berupaya menjaga stabilitas melalui kebijakan fiskal dan diplomasi internasional, pelaku usaha terutama sektor harus bergerak cepat agar roda bisnis tetap berputar.
Dalam situasi seperti ini, efisiensi operasional menjadi faktor penentu kelangsungan bisnis. Salah satu langkah nyata yang kini banyak diambil adalah beralih ke model kerja berbasis freelance.
“Kami melihat lonjakan signifikan dari pelaku bisnis yang menggunakan freelancer untuk kebutuhan desain, penulisan, hingga digital marketing. Mereka ingin tetap jalan, tapi dengan risiko operasional yang lebih ringan,” ujar Ryan Gondokusumo, CEO Sribu.com, platform penyedia jasa freelancer terkurasi di Indonesia.
Dengan lebih dari 30.000 freelancer terverifikasi dan sistem kontes yang memungkinkan klien memilih solusi terbaik dari banyak pilihan, Sribu menghadirkan pendekatan berbeda: fokus pada kebutuhan bisnis, bukan hanya mencari talentnya.
Salah satu pengguna jasa Sribu, Hendy Setiono, CEO Baba Rafi Enterprise mengakui bahwa sejak menggunakan freelancer Sribu untuk desain dan promosi digital, bisnisnya tetap bertumbuh meski kondisi ekonomi melambat.
“Awalnya bingung mau hire siapa, tapi di kontes Sribu saya tinggal posting kebutuhan, lalu dapat banyak pilihan solusi dari para freelancer. Biaya lebih hemat, hasilnya juga cepat,” jelas Hendy.
Sribu tidak hanya membantu efisiensi, tapi juga mempercepat adaptasi pelaku bisnis terhadap tantangan digital: dari pembuatan landing page, strategi social media, hingga pengelolaan iklan digital. Semua bisa dilakukan oleh tim freelancer yang fleksibel, cepat, dan tepat sasaran.
Artikel ini juga tayang di vritimes